Dalam konteks keagamaan dharma wacana berarti pembicaraan yang berkaitan dengan ajaran-ajaran agama Hindu (Sartini, 2015: 222) Jurnal UNUD. Perlombaan sejenis ini, merupakan sebuah kompetisi yang belakangan ini kembali menjadi trend, khususnya di daerah Bali. Pemerintah dan lembaga-lembaga kepemerintahan juga mulai gencar memunculkan bibit baru guna melestarikan Budaya Bali kedepannya.

I Komang Astama Wiguna adalah salah satu siswa yang berprestasi di bidang tersebut. Siswa kelahiran Kebon, 30 September 2004 ini berhasil mendapat juara 1 tingkat kabupaten dalam ajang lomba Dharma Wacana yang dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Sidemen. Ia mendapat juara tersebut setelah membawakan dharma wacana dengan judul Budaya Mabusana Adat Ka Pura Ring Aab Globalisasi. Sebelumnya, Astama sempat juga mendapat juara 2 pada perlombaan sejenis (Dharma wacana) yang dilaksanakan oleh MGMP agama Hindu Kabupaten Karangasem.

Siswa yang duduk di kelas XI MIPA 2 ini mulai giat mengikuti perlombaan dengan tujuan utama yaitu mengasah bakat dan memperluas pengalaman.Ia juga menyadari bahwa minat generasi sekarang khususnya remaja, semakin menurun termasuk pula didalamnya ketika mengikuti perlombaan berbudaya bali. Padahal dari perlombaan perlombaan tersebut ia menyadari banyak insight baru yang hadir utamanya terkaitkebudayaan Bali.

Selain perlombaan Dharma Wacana, Astama juga mengikuti perlombaan desain poster digital dengan tema Memadukan kearifan lokal budaya dengan keadaan dimasa kini. Danturut mendapat juara 1 juga.

Astama mengatakan, Jika mencoba dan jatuh, coba lagi untuk bangkit karena kegagalan adalah sebuah keberhasilan yang tertunda. Jika saya bisa maka kamu juga pasti bisa. Ia juga berpesan kepada seluruh generasi muda untuk lebih gencar dalam melestarikan budaya bali. Keaktifan kita dalam mengikuti perlombaan budaya merupakan salah satu cara dalam melestarikannya.

Hal tersebut tentunya dapat dijadikan contoh yang baik bagi generasi muda meskipun sekarang sedang dalam kondisi pandemi, namun itu semua bukanlah penghalang bagi kita untuk mengeluarkan bakat melainkan menjadi kesempatan untuk berkreativitas. Kalaubukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi?